Jumat, 12 Juni 2020

Badiyo

Kecapi, Pohon Buah Khas Betawi

Kecapi, Pohon Buah Khas Betawi

Foto Pohon Kecapi (Dok. Pribadi)

Kecapi adalah nama buah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di  Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Namun tahukah Anda jika Sentul adalah nama lain dari Kecapi?

Mungkin sebagian orang sudah tahu itu, namun banyak juga yang belum tahu kalau Sentul itu nama lain dari Kecapi. Selain sentul, nama lain untuk kecapi adalah ketuat (Jawa, Sunda), sotul (batak) bua apo, kelampu, kelampu bukit, lalamun, sinlol, sintol, terapu (Kalimantan). Dalam bahasa Inggris disebut sentol atau wild mangosteen. Sedangkan bahasa ilmiahnya adalah Sandoricum koetjape yang bersinonim dengan Sandoricum indicum dan Sandoricum nervosum.

Ada dua varietas dari pohon kecapi. Pertama pohon kecapi dengan ciri daun tua menguning sebelum gugur (Sandoricum indicum). Kedua dengan ciri daun tua berwarna merah sebelum gugur (Sandoricum nervosum)   

Pohon kecapi merupakan salah satu pohon yang bisa memiliki ukuran besar. Tingginya bisa mencapai 20 – 30 meter. Sementara batangnya bisa mencapai diameter 90 cm. Kayu dari batang pohon kecapi juga bermutu baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk bahan konstruksi rumah, perkakas ataupun bahan kerajinan.

Pohon kecapi berdaun majemuk berselang-seling, bertangkai dengan ukuran  sampai 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bulat telur. Bunga dalam malai berada di ketiap daun, berambut, menggantung, berukuran sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek, kelopak bertaju 5, mahkota 5 helai, warna kuning kehijauan, langset sungsang, 6-8 mm, samar-samar berbau harum.

Buah kecapi berbentuk bulat agak gepeng, berukuran 5-6 cm. Buah yang masih muda berwarna hijau dan akan menguning jika semaki menua. Daging buah tebal dan menyatu dengan biji. Rasanya masnis masam. Biji buah antara 2-5 butir.

Ada yang berpendapat kecapi adalah pohon asli Indonesia. Namun berbagai literatur menyatakan bahwa pohon kecapi berasal dari daratan Indochina dan semenanjung Malaya. Kemudian berabad-abad yang lalu tanaman ini menyebar ke India, Indonesia, Philipina hingga Mauritius (di Afrika).

Di Indonesia, pohon kecapi identik dengan kota Jakarta atau Betawi. Hal itu wajar mengingat di jaman dulu hampir di setiap pekarangan orang Betawi selalu dijumpai pohon Kecapi. Tak heran juga jika masyarakat Betawi sangat suka dengan buah yang satu ini. Meski sebenarnya pohon ini tumbuh juga di daerah Tapanuli, Kalimantan dan juga Maluku.

Beragam manfaat bisa diambil dari pohon kecapi ini. Daunnya yang rimbun bermanfaat sebagai pohon peneduh sekaligus penghasil oksigen. Buahnya yang manis meski sedikit asam banyak digemari masyarakat untuk dikonsumsi. Batangnya yang kuat bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti konstruksi bangunan dan sebagainya. Sementara rebusan daun kecapi konon bisa menyembuhkan sakit perut dan demam.

Sayang pohon kecapi saat ini sudah mulai jarang dijumpai. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), kecapi adalah salah satu dari 393 jenis tumbuhan di Indonesia yang terancam punah. Berbafai faktor menyebabkan ancaman kepunahan pohon ini seperti alih fungsi lahan eksploitasi hingga pencemaran. Jika dulu hampir semua orang Betawi memiliki pohon kecapi di pekarangannya, kini tidak lagi demikian. Menyempitnya lahan pekarangan yang digunakan untuk mendirikan bangunan rumah menjadi penyebabnya.

Berikut taksonomi dari pohon kecapi.
Kingdom         : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Sandoricum
Spesies : Sandoricum koetjape

Nama Binomial: Sandoricum koetjape Merr.
Sinonim: Sandoricum indicum dan Sandoricum nervosum

Sumber Referensi:
1. https://Id.wikipedia.org
2. https://bobo.grid.id
3. https://alamendah.org

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Badiyo

About Badiyo -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :