Minggu, 14 Juni 2020

Badiyo

Benda, Pohon Besar yang Kurang Dikenal

Benda, Pohon Besar yang Kurang Dikenal 



Mungkin jarang orang mengenal pohon benda, terlebih masyarakat di perkotaan. Hanya masyarakat yang berasal dari daerah barangkali yang mengenal pohon benda ini. Pohon benda masih satu keluarga dengan pohon nangka, cempedak, sukun, keluwih atau timbul. Tumbuh liar di hutan-hutan dataran rendah hingga ketinggian 1500 dpl.

Pohon benda merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tersebar secara alami di Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam dan Philipina. Di Indonesia, poho benda dijumpai hampir di seluruh nusantara kecuali Papua. Persebaran tanaman ini melalui biji buah.

Di Malaysia dikenal sebagai tekalong atau terap. Orang Jawa menyebutnya benda atau bendho. Sementara orang Sunda menyebutnya benda atau teureup. Nama-nama di daerah lain bakil (Melayu), torop (Karo), kalam (Mentawai), tarok (Minang), kokap (Madura) dan taeng (Makasar). Sedangkan di Kalimantan dikenal dengan beberapa nama seperti terap, kapua, kumut dan pekalong. Orang Dayak di sekitar sungai Pesaguan dan Gerunggang menyebutnya torap (untuk pohon yang masih muda) dan punuk (untuk pohon yang sudah berbuah).

Ciri morfologis pohon benda antara lain ukuran pohon sedang cenderung besar. Tinggi pohon bisa mencapai 45 – 65 m dengan diameter batang mencapai 125 cm. Batang bebas cabang bisa mencapai 30meter. Warna batang kelabu kecoklatan dengan bagian dalam kekuningan hingga cokelat. Lateks (getah) berwarna putih kekuningan.

Ketebalan ranting-rantingnya mencapai 8-20 mm berambut halus warna keemasan. Daun menumpu mengbungkus ujung ranting. Daun kaku menjangat, bundar telur jorong dengan ukuran 12,5-10 x 10-35 cm. Pertulangan daun dengan rambut kasar keemasan di sisi atas dan rambut keemasan rapat di sisi bawah. Ujung daun runcing hingga meruncing, bertepi rata hingga menggelombang, pangkalnya membulat hingga menyempit. Daun pada anak pohon benda atau pohon benda yang masih muda berbeda bentuk. Daun pohon benda yang masih muda mirip dengan daun pohon keluwih atau timbul. Berbentuk berbagi atau bercangap 7-9 taju dengan panjang sekitar 60-120 cm.

Bunga dalam bongkol di ketiak ranting yang berdaun. Benda termasuk jenis pohon berumah satu (monoecious). Bongkol jantan serupa jari gemuk, kuning kemudian cokelat. Buah semu (cyncarp), kuning-cokelat, kemudian cokelat, silindris, 11,5 x 5,5 cm, tertutup rapat oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek. Buah berbau kurang enak jika masak.  Musim bunga pohon benda biasanya antara bulan Juni-Agustus dan berbuah pada Oktober-Desember.  

Pepagan (jaringan terluar yang melapisi batang kayu) benda, dapat menghasilkan serat yang bisa dipergunakan sebagai tali atau bahan pakaian. Kayu benda dalam perdagangan digolongkan sebagai kayu terap, yakni kayu ringan dengan kerapatan kayu (pada kadar air 15%) antara 365-640 kg/m3. Kayu benda bersifat halus dan agak halus, agak gampang dimakan rayap.

Buahnya meski ada literasi yang menyatakan buah benda bisa dimakan langsung jika sudah masak atau diolah sebagai sayur. Namun demikian pemanfaatan buah benda masih harus dicari kebenarannya. 

Justru yang paling sering digunakan masyarakat adalah getah pohon benda. Getah benda termasuk sangat lengket sehingga dimanfaatkan para penggemar burung untuk menjerat burung. Dengan melukai pohon benda, kemudian getah akan keluar untuk diwadahi. Kemudian getah bisa dioleskan ke ranting untuk menjerat burung di kebun ataupun hutan. Itulah pohon benda sebagai pohon yang sering terluka dari ulah para penjerat burung yang kurang bertanggung jawab.  

Meski pohon benda kurang dikenal dan kini mulai langka, namun masyarakat jaman dulu sangat mengenal pohon yang satu ini. Seperti pohon-pohon yang lain, pohon ini juga dimanfaatkan masyarakat jaman dulu untuk menandai suatu tempat atau lokasi.

Di Jawa ada beberapa desa menggunakan benda: Bendoroto, Bendorejo, Bendogrowong, Bendoagung, dan Kedungbenda. Di Tangerang Selatan ada sebuah kelurahan bernama Pondok Benda, di Bogor ada Salabenda. Benda dengan nama Sunda teureup juga digunakan untuk nama suatu tempat Citeureup.

Sementara di Sumatera Barat pohon ini dijadikan nama sungai yakni sungai Tarab (awalnya adalah sungai Tarok, namun dimelayukan menjadi Tarab).           

Berikut taksonoli dari pohon kecapi.

Kingdom         : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus elasticus 

Nama Binomial: Artocarpus elasticus reinw. Ex Blume

Sumber Referensi:
1. https://Id.wikipedia.org
2. https://nggalek.co
3. https://alamendah.org

Sumber Foto: alamendah.org

Read More

Sabtu, 13 Juni 2020

Badiyo

Mundu, Pohon Buah Legen yang Kini Langka

Mundu, Pohon Buah Legen yang Kini Langka



Mundu adalah jenis pohon buah-buahan yang dianggap kurang penting (minor). Mungkin karena rasanya yang tidak terlalu istimewa sehingga mundu dikategorikan buah minor. Pohon mundu biasa tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 500 dpl.

Karena bentuk buahnya yang mirip dengan apel, maka ada yang meyebutnya sebagai Apel Jawa. Mundu di Jawa disebut rata, baros atau klendeng. Sementara di Sunda disebut jawura atau golodogpanto. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama yang sama yaitu mundu atau moendoe. 
Mundu masih berkerabat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asam kandis (Garcinia parvifolia). Namun mundu bukanlah mundung (menteng) meski penyebutannya hampir sama namun keduanya berbeda.    

Asal usul tanaman ini masih belum pasti. Ada yang berpendapat mundu adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh di pulau Jawa dan Kalimantan. Namun ada pendapat lain yang menyatakan kalau asal tanaman mundu adalah dari Malaysia.

Pohon mundu berupa pohon berbatang pendek dengan ukuran antara 10 - 15 meter dengan tajuk yang mengerucut ke atas. Batang pohon mundu ditumbuhi banyak ranting yang berbentuk hampir persegi empat dan gampang patah. 

Daunnya berbentuk bulat telur sampai lonjong jorong  dengan panjang 10 - 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm.  Daun yang masih muda berwarna hijau pucat, dengan permukaan atas daun berwarna hijau gelap dan mengkilat. Pada bagian bawah daun bagian tengah terdapat tulang daun yang menonjol dan keras. Urat daun banyak dan paralel panjang tangkai daun sampai 2 cm. Bunga mundu muncul di dekat pangkal daun berwarna kuning keputihan dan berbau harum.

Buah mundu berbentuk bulat dengan ujung atas dan bawah agak meruncing dengan diameter antara 5-8 cm. Buah berwarna hijau saat masih muda dan akan menguning saat tua dan matang. Daging buah berwarna kuning dan memiliki 1-5 biji. Buah mundu banyak mengandung air dengan kandungan vitamin c yang cukup tinggi. Rasanya manis agak sedikit masam.    

Buah mundu bisa dimakan langsung atau diolah menjadi selai, bahan minuman atau bahkan sebagai campuran jamu tradisional. Sedikit catatan jika ingin memakan langsung buah mundu harus berhati-hati. Buah mundu memiliki getah yang kuat yang dapat menimbulkan iritasi di bibir bagi yang belum biasa memakannya. Untuk mengatasinya, kupas kulitnya dan cuci buah mundu sebelum dimakan. Sementara kayu dan kulitnya dahulu sering digunakan sebagai bahan pewarna hijau alami.   

Sayang pohon buah yang satu ini sekarang sudah mulai sulit dijumpai. Mungkin karena dianggap buah yang kurang penting sehingga masyarakat enggan membudidayakan pohon mundu. Di beberapa daerah di Jawa, pohon mundu bahkan tumbuh liar di lereng-lereng pegunungan.

Meski dianggap pohon buah yang kurang penting, namun selayaknya pohon mundu ini harus tetap dilestarikan. Meski masih ada kontraversi terkait asal-usulnya, pohon mundu bisa menambah kekayaan dan keanekaragaman hayati Indonesia. Perbanyakan bisa dilakukan dengan penanaman melalui biji buah.

Berikut taksonomi dari pohon mundu
Kingdom         : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia dulcis

Nama Binomial: Garcinia dulcis
Sinonim: Garcinia longifolia dan Xanthochymus javanensis

Sumber Referensi:
1. https://id.wikipedia.org
2. https://alamendah.org
3. https://www.bombastis.com

Sumber Foto: cendananews.com
 

Read More

Jumat, 12 Juni 2020

Badiyo

Kecapi, Pohon Buah Khas Betawi

Kecapi, Pohon Buah Khas Betawi

Foto Pohon Kecapi (Dok. Pribadi)

Kecapi adalah nama buah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di  Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Namun tahukah Anda jika Sentul adalah nama lain dari Kecapi?

Mungkin sebagian orang sudah tahu itu, namun banyak juga yang belum tahu kalau Sentul itu nama lain dari Kecapi. Selain sentul, nama lain untuk kecapi adalah ketuat (Jawa, Sunda), sotul (batak) bua apo, kelampu, kelampu bukit, lalamun, sinlol, sintol, terapu (Kalimantan). Dalam bahasa Inggris disebut sentol atau wild mangosteen. Sedangkan bahasa ilmiahnya adalah Sandoricum koetjape yang bersinonim dengan Sandoricum indicum dan Sandoricum nervosum.

Ada dua varietas dari pohon kecapi. Pertama pohon kecapi dengan ciri daun tua menguning sebelum gugur (Sandoricum indicum). Kedua dengan ciri daun tua berwarna merah sebelum gugur (Sandoricum nervosum)   

Pohon kecapi merupakan salah satu pohon yang bisa memiliki ukuran besar. Tingginya bisa mencapai 20 – 30 meter. Sementara batangnya bisa mencapai diameter 90 cm. Kayu dari batang pohon kecapi juga bermutu baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk bahan konstruksi rumah, perkakas ataupun bahan kerajinan.

Pohon kecapi berdaun majemuk berselang-seling, bertangkai dengan ukuran  sampai 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bulat telur. Bunga dalam malai berada di ketiap daun, berambut, menggantung, berukuran sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek, kelopak bertaju 5, mahkota 5 helai, warna kuning kehijauan, langset sungsang, 6-8 mm, samar-samar berbau harum.

Buah kecapi berbentuk bulat agak gepeng, berukuran 5-6 cm. Buah yang masih muda berwarna hijau dan akan menguning jika semaki menua. Daging buah tebal dan menyatu dengan biji. Rasanya masnis masam. Biji buah antara 2-5 butir.

Ada yang berpendapat kecapi adalah pohon asli Indonesia. Namun berbagai literatur menyatakan bahwa pohon kecapi berasal dari daratan Indochina dan semenanjung Malaya. Kemudian berabad-abad yang lalu tanaman ini menyebar ke India, Indonesia, Philipina hingga Mauritius (di Afrika).

Di Indonesia, pohon kecapi identik dengan kota Jakarta atau Betawi. Hal itu wajar mengingat di jaman dulu hampir di setiap pekarangan orang Betawi selalu dijumpai pohon Kecapi. Tak heran juga jika masyarakat Betawi sangat suka dengan buah yang satu ini. Meski sebenarnya pohon ini tumbuh juga di daerah Tapanuli, Kalimantan dan juga Maluku.

Beragam manfaat bisa diambil dari pohon kecapi ini. Daunnya yang rimbun bermanfaat sebagai pohon peneduh sekaligus penghasil oksigen. Buahnya yang manis meski sedikit asam banyak digemari masyarakat untuk dikonsumsi. Batangnya yang kuat bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti konstruksi bangunan dan sebagainya. Sementara rebusan daun kecapi konon bisa menyembuhkan sakit perut dan demam.

Sayang pohon kecapi saat ini sudah mulai jarang dijumpai. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), kecapi adalah salah satu dari 393 jenis tumbuhan di Indonesia yang terancam punah. Berbafai faktor menyebabkan ancaman kepunahan pohon ini seperti alih fungsi lahan eksploitasi hingga pencemaran. Jika dulu hampir semua orang Betawi memiliki pohon kecapi di pekarangannya, kini tidak lagi demikian. Menyempitnya lahan pekarangan yang digunakan untuk mendirikan bangunan rumah menjadi penyebabnya.

Berikut taksonomi dari pohon kecapi.
Kingdom         : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Sandoricum
Spesies : Sandoricum koetjape

Nama Binomial: Sandoricum koetjape Merr.
Sinonim: Sandoricum indicum dan Sandoricum nervosum

Sumber Referensi:
1. https://Id.wikipedia.org
2. https://bobo.grid.id
3. https://alamendah.org

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Read More